Tim Gizi Puskesmas Timika Temukan 1 Kasus Gizi Buruk pada Anak Umur 4 Tahun

kasus-gizi-buruk-ditemukan-di-timika
Penanggung Jawab Tim Gizi Puskesmas Timika, Darling Samber, saat memastikan berat badan anak dengan gizi buruk (sumber foto:seputarpapua)

Timika - Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun dan 8 bulan ditemukan mengalami gizi buruk pada saat Puskesmas Timika, Distrik Mimika Baru, melakukan pelayanan pemberian vitamin A dari rumah ke rumah warga.

Koordinator Gizi Puskesmas Timika, Darling Samber, mengatakan anak tersebut mengidap gizi buruk disertai penyakit penyerta lain yakni Tuberkulosis atau TB.

“Jadi dia bukan gizi buruk murni karena tidak makan, tapi penyakit penyerta yang buat dia sampai bisa gizi buruk,” ungkap Darling seperti yang dikutip dari seputarpapua, Rabu (1/3/2023).

Berat badan anak usia 4 tahun pada umumnya, kata Darling, berkisar 20 kilogram (kg). Namun pasien anak yang ditemukan tersebut memiliki berat badan hanya 8,8 kg.

Selain itu, tinggi badan normal untuk anak usia 4 tahun rerata pada kisaran 12,5 centimeter (cm), tetapi anak tersebut hanya 8,8 cm.

“Saat ini kami sementara menangani, dan saat ini sudah hari ke-7. Jadi makanannya dalam bentuk susu sudah diracik, kerjasama dengan dokter dengan tim lapangan kita sudah turun,” katanya.

Darling menjelaskan, pihaknya intens melakukan pengawasan selama 90 hari sebagaimana SOP penanganan kasus gizi buruk. Yang mana setiap hari anak tersebut diberi makanan melalui susu yang telah diracik oleh dokter.

“Perubahan di hari ke 7 ini, waktu pertama kami ketemu, dia (anak dengan gizi buruk) cuma bisa duduk. Sekarang sudah bisa jalan lima langkah, kemudian sudah bisa merayap juga,” ungkapnya.

Tim Gizi Puskesmas Timika tidak bekerja sendiri untuk mengobati sakit yang diderita anak, ada pula Tim TB. Sementara itu Tim Kesehatan Keliling juga memantau sanitasi dan higienis lingkungan rumah bersama Tim Malaria.

“Jadi semua tim dalam puskesmas kita bekerjasama menangani ini,” tutur Darling.

Pada Jumat, 3 Maret 2023, pihak Puskesmas Timika akan melakukan penimbangan ulang terhadap si anak.

“Kami berharap setidaknya dalam satu minggu bisa ada naik berat badannya dari 8,8 bisa naik 8,9. Kalau tidak naik berarti ada yang salah sehingga harus dicari tahu lagi,” katanya.

Dijelaskan pula, pada tahun 2022 pihaknya menemukan lebih kurang 10 kasus gizi buruk yang sama seperti sekarang, selalu disertai penyakit penyerta.

Ia pun mengimbau kepada masyarakat, khususnya para orangtua, agar dapat bekerjasama memberikan support kepada tenaga kesehatan yang menangani kasus seperti ini.

“Intinya adalah orangtua, setidaknya bisa memiliki rasa pengetahuan tentang merawat anak dengan baik, dari dalam kandungan sampai usia lima tahun diberikan perhatian khusus supaya tidak terjadi kasus seperti ini,” imbuhnya.

Tim kesehatan sudah bekerja ekstra, tetapi tak bisa berjalan sendiri sehingga membutuhkan dukungan dari setiap orangtua. Red

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak