Foto korban penembakan saat dibawa oleh warga menggunakan motor ke Rumah Sakit |
Wamena - Kepolisian Resor Jayawijaya saat ini tengah menangani kasus kericuhan yang terjadi di Kampung Sapalek, Jalan Trans Irian, Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya.
Kericuhan yang terjadi sekitar Pukul 12.30 WIT tersebut diketahui berawal dari adanya isu terkait penculikan anak yang hingga kini belum jelas informasinya.
Hal itu dikatakan oleh Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol. Ignatius Benny Ady Prabowo, S.H., S.I.K., M.Kom saat dimintai keterangannya, Kamis (23/2).
Kabid Humas mengatakan bahwa Kapolres Jayawijaya AKBP Hesman S. Napitupulu, S.H., S.I.K., M.H bersama personel yang terjun langsung ke TKP untuk melerai keributan tersebut sempat mendapatkan perlawanan oleh masyarakat dengan melakukan pelemparan.
“Kami mendapatkan informasi bahwa ada sebuah mobil tujuan Kampung Yomaima yang ditahan oleh Masyarakat di Kampung Sinakma yang diduga sopir mobil tersebut adalah oknum penculik anak sehingga ini yang membuat kehebohan ditengah masyarakat,” ungkapnya.
Selain itu, Kapolres Jayawijaya menjelaskan isu terkait penculikan anak tersebut kemudian merambah hingga menjadi penyerangan kepada aparat kepolisian yang pada saat itu sedang berupaya menenangkan masyarakat yang sudah termakan informasi dimaksud.
“Saat berusaha menenangkan massa, kami diserang dengan batu yang dilemparkan kepada anggota hingga kami memberikan tembakan peringatan untuk memukul mundur. Namun, tak diindahkan dan massa semakin berulah sampai membakar beberapa bangunan ruko,” ungkapnya.
Ia menyampaikan bahwa hingga saat ini Personel Polres Jayawijaya bersama BKO Brimob yang dibantu personel BKO Kodim 1702 Jayawijaya masih berjaga di TKP.
“Untuk kasus ini, akan kami selidiki penyebab awal dan siapa saja dalangnya hingga membuat kericuhan," tegasnya.
"Kami juga saat ini masih berupaya menenangkan massa. Untuk kerugian yang ditimbulkan akibat kejadian ini akan kami dalami,” sambungnya.
Diakhir penyampaiannya, Kapolres Jayawijaya menghimbau kepada masyarakat untuk tidak mudah percaya suatu informasi apalagi menyebarkan isu yang belum pasti kebenarannya karena hal itu bisa berdampak kepada masyarakat luas dan menyebabkan kerugian bagi diri sendiri serta orang lain.
Versi Warga di TKP yang Menyaksikan Peristiwa di Wamena
Berawal dari seorang sales yang menghantarkan barang, ke toko-toko yang memesan barang, pada pagi menjelang siang hari, Kamis (23/03/2023). Dalam perjalanan sales yang menghantar barang, menurut keterangan dari sumber kami di lapangan dan yang tidak mau namanya dimuat dalam pemberitaan ini, sales tersebut tanpa sengaja menabrak seorang anak perempuan berumur berkisar sepuluh sampai dua belas tahun.
Kemudian si penabrak berinisiatif mengangkat anak yang ditabrak ini ke sebuah warung kios, yang berdekatan dengan TKP, untuk maksud memberikan pertolongan/perawatan seadanya karena kecelakan yang terjadi tidak fatal.
Maksud baik dan bertanggung jawab dari sales tersebut disalahartikan oleh warga yang sebelumnya telah termakan isu kasus penculikan anak yang tersebar begitu masif hampir di seluruh pelosok Tanah Papua, sehingga warga mengira sales yang bermaksud baik dan bertanggung jawab itu hendak melakukan aksi penculikan anak.
Aparat kepolisian setempat yang mendapat informasi dugaan penculikan anak langsung mendatangi TKP guna lakukan penangkapan dan menggiring sales tersebut ke kantor polisi untuk dimintai keterangan.
Masyarakat yang sudah tersulut informasi penculikan anak kemudian mendatangi kantor polisi dan meminta agar sales, yang menjadi korban isu hoax penculikan anak itu, diserahkan kepada massa agar mereka menghakiminya menggunakan hukum rimba meski tidak ada yang bisa membuktikan bahwa sales dimaksud telah atau berupaya melakukan tindak pidana penculikan terhadap anak.
Massa yang menutut untuk menghakimi sales tersebut langsung melakukan pelemparan dengan batu ke arah kantor polisi, karena aparat kepolisian tidak mengindahkan tuntutan massa. Respon aparat atas penyerangan kantor polisi langsung dicegah dengan dilepaskannya tembakan peringatan ke arah atas supaya massa menghentikan aksi penyerangan dimaksud.
Massa yang tidak mengindahkan peringatan aparat tetap lakukan penyerangan hingga aparat lakukan tindakkan pencegahan lanjutan dengan menembakkan gas air mata ke arah massa dengan maksud untuk membubarkan massa.
Sayangnya, massa masih terus lakukan penyerangan dan lakukan aksi kericuhan dibeberapa titik (lokasi) lain, meski polisi di-backup TNI sudah berusaha lakukan pencegahan secara maksimal agar tidak ada korban jiwa maupun harta benda.
Aparat TNI/Polri yang tidak memperhatikan prosedur dengan benar untuk menghalau massa kemudian melepaskan tembakan ke arah massa menggunakan peluru tajam, dan menyebabkan beberapa orang dari massa mengalami luka-luka dan meninggal dunia karena terkena tembakan peluru.
Untuk diketahui, hingga saat ini situasi di Wamena belum kondusif pasca peristiwa dugaan penculikan anak hingga masyarakat sipil ditembak oleh aparat bersenjata. Red.
Email admin@yapekopa.org