Timika - Sedikitnya 81 lowongan pekerjaan dibuka oleh PT Freeport Indonesia untuk bekerja di 19 departemen dan divisi. Hal itu diungkap oleh Vice Presiden of Papua Affairs Development PT Freeport Indonesia, Frans Pigome, seperti yang dimuat oleh media mambruks.com.
Menanggapi rencana rekrutmen tenaga kerja untuk posisi khusus dalam lingkungan PT Freeport Indonesia, Aser Gobai selaku Penanggung Jawab Karyawan Mogok Kerja Freeport mengatakan PT Freeport Indonesia sebaiknya menyelesaikan permasalahannya dengan para karyawan yang melakukan mogok kerja sebelum membuka lowongan pekerjaan.
"Ini munafik namanya, karena mereka membuka kesempatan kerja dengan mengatasnamakan Papua sementara di sisi lain mereka membunuh orang Papua dengan perilaku bisnis mereka yang buruk," kata Aser.
Permasalahan mogok kerja belum selesai, Aser meminta PT Freeport Indonesia segera penuhi hak-hak para pekerja yang melakukan mogok kerja dan meminta Frans Pigome untuk ikut bertanggung jawab dalam permasalahan mogok kerja.
"Frans Pigome dan Achmad Didi Ardianto termasuk dalam pihak yang mewakili perusahaan untuk mengorbankan orang Papua di atas tanah Papua, jadi sebaiknya Frans Pigome tidak usah bersandiwara dengan Orang Papua dan mulai bekerja untuk penuhi hak para karyawan yang melakukan mogok kerja." Jelasnya.
Aser Gobai juga meminta Frans Pigome untuk tidak menyembunyikan pelanggaran hak asasi manusia dan pelanggaran norma kerja yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia.
"Selaku penanggung jawab mogok kerja sah, saya meminta pak Frans Pigome tidak menutupi pelanggaran hak-hak buruh yang dilakukan oleh freeport dan yang harus dipenuhi juga oleh PTFI sejak tahun 2017 sampai saat ini," minta Aser.
Demi negara dan perusahaan, Aser meminta harus ada penyelesaian persoalan antara perusahaan dan pekerja yang melakukan mogok kerja, karena persoalan mogok kerja tidak terlepas dengan setiap kebijakan yang dibuat oleh Perusahaan.
"Untuk membantu negara dan perusahaan, harus ada penyelesaian masalah antara perusahaan dan pekerja, karena persoalan mogok kerja terjadi dan berlarut akibat keputusan-keputusan tidak manusiawi yang di buat oleh manajemen perusahaan dan Frans Pigome adalah bagian dari itu (manajemen freeport)," kata Aser.
Menurut penanggung jawab buruh moker freeport ini, apa yang dilakukan oleh freeport dengan memperalat Frans Pigome adalah untuk membunuh karakter orang Papua.
"Ini pembunuhan karakter, orang asli Papua ada menderita di atas tanahnya sendiri karena mogok kerja yang belum mendapat titik temu, freeport justru manfaatkan Orang Papua untuk membenturkan sesama orang Papua," tegasnya. Rian