Sidang Sinode XVIII GKI yang terlaksana di Kabupaten Waropen itu banyak dihadiri oleh Tokoh-Tokoh dan Pejabat-Pejabat provinsi maupun pejabat dari beberapa kabupaten di Papua.
Dalam acara penutupan kegiatan, mantan Pejabat Gubenur Papua Barnabas Suebu diberikan kesempatan untuk berpidato. Dalam pidatonya, Barnabas Suebu berpesan agar umat GKI di Tanah harus menjaga dan memeliharan keutuhan persatuan dalam menghadapi berbagai tantangan, karena GKI merupakan benteng terakhir bagi kelangsungan hidup Orang Papua di atas tanah Papua.
"Jaga dan pelihara keutuhan persekutuan Gereja Kristen Injili di Tanah Papua, walaupun ada lima provinsi 10 provinsi 20 provinsi di atas tanah Papua tetapi Gereja Kristen Injili tetap satu di atas tanah Papua, karena Gereja Kristen Injili di Tanah Papua adalah satu-satunya benteng terakhir bagi orang asli Papua untuk mempertahankan hak hidup dan kelanjutan hidupnya di negeri yang Tuhan anugerahkan kepadanya, di negeri yang kini sedang menghadapi berbagai tantangan dan perubahan di tengah-tengah bangsa yang besar ini," pidato Barnabas Suebu dalam seremoni penutupan Sidang Sinode XVIII GKI di Atas Tanah Papua.
Dalam pembukaan pidatonya, Sesepuh GKI ini menyampaikan bahwa dirinya merasa sangat terhormat karena diberikan kesempatan untuk bisa berdiri di atas podium untuk berpidato.
"Adalah suatu kehormatan yang sangat besar bagi saya berdiri di hadapan bapak-bapak, ibu-ibu, saudara-saudari sekalian, untuk menyampaikan sepatah dua patah kata dalam acara penutupan Sidang Sinode GKI di Tanah Papua pada hari ini." Ucapnya.
Dalam kasus penyalagunaan wewenang sehingga menimbulkan kerugian bagi negara, mantan gubernur Papua ini menyampaikan bahwa ia mengikuti teladan kristus untuk menghadapi kasusnya, meskipun pengadilan tidak bisa membuktikan ia telah merugikan negara dengan melakukan korupsi.
"Walaupun saya tidak pernah tahu dan tidak pernah diberitahukan, bahkan di putusan pengadilan sekalipun, tentang kesalahan saya. Tetapi saya mengikuti teladan Kristus yang tidak berdosa, ditangkap diadili, dan dihukum. Hukumannya adalah hukuman mati. Saya menjalaninya sampai tuntas." Terangnya.
Menemukan kebenaran dalam Lapas, Barnabas Suebu, melanjutkan dan mengatakan bahwa ia bisa bebas karena kebenaran.
"Tapi justru di dalam penjara lah saya menemukan kebebasan yang sesungguhnya, kebenaran itu telah membebaskan saya." Singkatnya.
Sesepuh GKI di Tanah Papua ini mengatakan bahwa "kebebenaran itu adalah Firman", dan karena itulah dia dibentuk selama dalam penjara.
"Firman Tuhan berkata, kebenaran itu adalah Firman, justru disitulah saya dibentuk dan lahir baru. Tujuh hari kemudian dalam udara kebebasan itu, saya terbang menuju Tanah Papua, tanah kelahiran saya, tanah leluhur saya. sehingga pada hari ini saya bisa berdiri di hadapan bapak bapak ibu ibu saudara-saudari sekalian." Katanya.
Ia juga menyampai rasa terima kasih dan penghargaann atas kepada semua Jemaat GKI di Tanah Papua yang telah mendoakannya selama ia mengalami masa-masa sulit saat ia di penjara.
"Pada kesempatan yang berbahagia ini perkenankan saya atas nama pribadi dan keluarga menyampaikan terima kasih dan penghargaan kami yang tulus kepada semua Jemaat GKI dan seluruh umat Tuhan di tanah Papua yang telah mendoakan saya pada masa-masa yang sulit dan berat, sehingga atas penyertaan dan kasih Tuhan, masa-masa yang sulit dan berat itu telah saya lewati dengan baik berkat doa dari bapak-bapak ibu-ibu dan saudara sekalian sehingga segala perkara dapat aku tanggung di dalam Dia, Yesus Kristus yang memberikan kekuatan kepadaku (Filipina 4 ayat 13)." (Albert)
Amin...Tuhan memberkati orang yg berkerja dengan jujur...skalipun kita di hiyanati Tuhan pasti membuka jln bagi kita...sesulit apapun Tuhan sll bersama kita yg percaya yg taruh pengajaran penuh kepada...Tuhan berkati. 🙏
BalasHapus